Belajar dan Tes TOEFL ITP (Juni 2017-25 November 2017)

Persiapan aplikasi berkas saya mulai dengan mencicil dokumen dokumen yang bisa disiapkan sejak awal, salah satunya TOEFL ITP. Pada saat itu, syarat minimal TOEFL ITP untuk aplikasi adalah 570, yang mana pada tes tes sebelumnya (sebelum mencicil belajar sejak Juni 2017) saya belum pernah mencapai skor tersebut. 

Sejak Juni, setelah blog-walking pengalaman pengalaman orang mengikuti TOEFL ITP, saya menemukan satu buku yang saya rasa cukup efektif dan baik untuk belajar TOEFL, terutama dalam bagian structure. Buku tersebut adalah Longman Complete Course for the TOEFL Test written by Deborah Phillips (this is not paid promote lol). Tebalnya kira kira 600 halaman, yang saya cicil kerjakan selama kurang lebih 4 bulan (dipotong masa KKN selama sebulan). Mungkin teman teman dengan managemen waktu yang lebih baik dari saya bisa menghabiskan buku tersebut lebih cepat.

Salah satu alasan kenapa saya memilih menggunakan TOEFL ITP dibanding iBT ataupun IELTS adalah, selain karena TOEFL ITP lebih ekonomis, TOEFL ITP secara teknis lebih terbaca pola bentuk soalnya, paling tidak menurut saya. Jadi skor TOEFL ITP menurut saya pada saat itu lebih bisa dikejar, walaupun Monbukagakusho juga menerima TOEFL iBT dan IELTS. 

Persiapan : My Experience

Yang pertama saya pelajari saat itu adalah bagian structure, karena menurut saya bagian itu yang sebetulnya paling ringan (bukan mudah ya) dikerjakan jika kita lebih paham dengan pola kalimat dan grammar yang ada di soal. Saya sebut ringan karena untuk mengerjakan satu soal hanya perlu membaca satu kalimat dan mendeteksi bagian kalimat mana yang missing/misused. Berbeda dengan listening dan reading yang untuk mengerjakan satu soal kita harus mendengarkan satu audio dan satu bacaan, yang mana lebih berat. Saya kerjakan semua soalnya di setiap section (di buku tersebut terdapat 60++ section untuk structure) dan saya baca pembahasannya jika terdapat kesalahan dalam pengerjaan. Dari situ kita bisa langsung merasakan peningkatannya untuk structure, karena kita mengetahui apa kesalahan kita dan jika menemukan soal serupa, bisa mengerjakan dengan benar. 

Yang kedua adalah mulai membiasakan diri dengan reading, karena saya bukan tipe orang yang kuat/terbiasa membaca.  Maka, bagian ini adalah yang terberat bagi saya. Seperti structure, saya mulai mengerjakan soal soal latihan di reading section di buku TOEFL Longman tersebut. Salah satu pola yang saya pahami saat itu (meskipun mungkin tidak mutlak), sebagai seseorang yang tidak kuat membaca cepat, adalah : urutan soal dan urutan paragraf relatif sama. Maksudnya adalah, soal nomer 1 biasanya membutuhkan informasi dari paragraph pertama/awal, jawaban nomer 2 adalah di paragraph setelahnya, dst. Maka saya lebih banyak skimming daripada betul betul memahami isi bacaannya. Selain menghemat waktu, juga menghemat tenaga.   

Jujur saja, saya tidak habis mengerjakan seluruh latihan reading di buku tersebut :”)
Yang ketiga adalah listening. Latihan di bagian ini menurut saya paling fun karena pada dasarnya belajar listening sama sekali tidak terpaku dengan soal TOEFL. Saya belajar listening dari Youtube, mendownload berbagai video yang berisi latihan listening TOEFL. Selain itu, saya (seperti biasanya) juga menonton film film/series berbahasa Inggris. Meskipun tidak 100% belajar listening dan lebih fokus ke plot film, paling tidak ada usaha pembiasaan mendengarkan percakapan Bahasa Inggris disana.
Sebelum mengikuti tes pada tanggal 25 November, saya dua kali mengikuti try out TOEFL di beberapa tempat di Yogyakarta. 

Test Day : 25 November 2017

Saya mengikuti tes TOEFL di sebuah lembaga bahasa di Yogykarta yang berkerjasama dengan ETS (MEXT tidak menerima TOEFL-like melainkan TOEFL yang diselenggarakan ETS). Pada saat itu saya membayar sekitar Rp. 495.000, yang mana saya rasa sudah cukup besar dan memberi tekanan saat mengerjakan soal :”)
Jadwal tes saya pagi itu jam 8.00 pagi, yang mana peserta tes harus sudah hadir paling tidak 30 menit sebelumnya. Saya masih ingat pagi itu gerimis dan suasana Jogja sangat lembab dan dingin, di tambah ruangan ujian yang ber AC. 

1.    Listening 

Seperti yang sudah kita ketahui, akan ada 3 bagian listening; percakapan pendek (A) 30 soal, percakapan agak panjang (B) 10 soal dan monolog (C) 10 soal. Total alokasi waktu untuk mengerjakan ke 50 soal tersebut adalah 25 menit. Maka, hampir tidak ada waktu untuk kembali mengerjakan soal sebelumnya jika terlewat. Di ketiga bagian ini, yang menurut saya paling sulit adalah bagian terakhir atau monolog. Terlebih lagi jika monolog tersebut berisikan hal hal teknis di luar bidang yang kita tekuni. Misal, saya adalah mahasiswa hubungan internasional pada saat itu, namun 2 monolog berisikan soal tentang bagaimana reptil berkembang biak dan sejarah teknologi dalam pembukuan akuntansi, yang mana istilah istilah biologi dan akuntansi sama sekali tidak familiar di telinga saya. Jika teman teman mengalami hambatan yang sama seperti saya, maka mau tidak mau harus bisa maksimal di 2 bagian sebelumnya. Di dalam mengerjakan soal di dua bagian itu pun, saya hampir miss di beberapa soal karena melamun :”).  Saya merasa bahwa kita bisa saja kehilangan poin poin di soal soal yang relatif mudah  kalau kita tidak berkonsentrasi dalam mengerjakannya. 

2.    Structure 

Bagian ini ada 40 soal yang terdiri dari 15 isian singkat (melengkapi kalimat rumpang) dan 25 sentence grammar error checking. Seperti yang saya paparkan di atas, bagian ini adalah bagian yang paling ringan dikerjakan karena hanya berisi kalimat kalimat pendek saja. Namun, untuk mendapat skor yang diinginkan, tetap diperlukan ketelitian untuk mencerna dan menemukan kesalahan di setiap kalimat. Menurut pengalaman saya saat latihan soal, saya seringkali terlena dengan ringannya pekerjaan soal structure sehingga sering kehilangan skor di soal soal yang sebenarnya relatif mudah ditebak, namun tidak teliti dalam membaca kalimat. Menurut saya bagian ini paling bisa dimaksimalkan karena pada dasarnya grammar itu memiliki pattern dan rumus yang relatif pasti dan bisa diprediksi. Jadi, banyak latihan soal bisa membantu, terutama soal soal yang kita merasa sulit dan sering salah dalam mengerjakannya karena di sanalah letak peningkatannya; bisa mengerjakan yang sebelumnya tidak bisa.

3.    Reading.

Sebagai orang yang malas membaca, bagian ini terberat bagi saya. Total ada 50 soal dalam bagian ini dengan beberapa paragraph bacaan terkait soal soal tersebut. Karena untuk mengerjakan ke 50 soal ini cukup terbatas, saya mulai dari yang mudah dulu, terutama untuk beberapa soal sinonim/antonym yang pada dasarnya tidak perlu membaca paragraph diatasnya. Yang pertama saya lakukan ketika memasuki section reading adalah langsung mengerjakan semua soal sinonim/antonim yang ada diantara 50 soal tersebut , paling tidak ada 5-7 soal yang bisa kita kerjakan secara cepat. Baru setelahnya, saya memulai mengerjakan soal dari nomer 1-50 secara berurutan. Seingat saya soal soal reading berkaitan dengan ide pokok paragraf, mengidentifikasi informasi yang terdapat/tidak terdapat dalam paragraf dan lain sebagainya :”). Seperti listening, saya merasa kesulitan dalam beberapa bacaan yang topiknya tidak familiar dengan bidang yang saya tekuni karena poin poin dan istilah yang digunakan cukup asing, maka akan lebih sulit dikerjakan. Ya beginilah kalau jarang membaca.

Jika Monbukagakusho mensyaratkan minimal 570, paling tidak untuk merasa aman, skor TOEFL kita adalah 600. Cara menghitungnya bisa dilihat di sini . Jadi, paling tidak teman teman harus menjawab 43/50 soal listening, 35/40 soal structure dan 45/50 soal reading dengan benar. 

Comments

Post a Comment